Sunday, January 27, 2013

Pandanglah Lagi dan Sucikan

Matius 6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?


Pernyataan Yesus yang sederhana selalu membingungkan kita, karena kita tidak berpikir sederhana. Bagaimana kita dapat mempertahankan kesederhanaan Yesus sehingga kita dapat memahami-Nya? Dengan menerima Roh-Nya, kita mengenal dan bersandar kepada-Nya, dan menaati-Nya ketika Dia menyampaikan kebenaran firman-Nya, hidup akan secara ajaib menjadi sederhana. Yesus meminta kta memikirkan "jika demikian Allah mendandani rumput di ladang...." betapa "terlebih lagi" Dia akan mendandani Anda, jika Anda tetap dalam hubungan yang benar dengan-Nya. Setiap kali kita mengalami kemunduran dalam persekutuan kita dengan Allah, ini karena kita memiliki pikiran yang tidak hormat bahwa kita merasa tahu lebih banyak dari pada Yesus Kristus. Kita mengijinkan "kekhawatiran dunia ini" masuk ke dalam hidup kita (Mat 13:22), dan melupakan janji tentang "terlebih lagi" dari Bapa Sorgawi kita.

"Pandanglah burung-burung di langit....." (Mat 6:26). Tugas mereka adalah mematuhi naluri yang telah diberikan Allah dan Allah menjaga mereka. Yesus berkata bahwa jika Anda mempunyai hubungan yang benar dengan-Nya dan mau menaati Roh-Nya di dalam Anda, Allah akan memelihara "kepentingan Anda juga.

"Perhatikanlah bunga bakung di padang...."(Mat 6:28). Mereka tumbuh di mana mereka ditanam. Banyak dari kita menolak untuk tumbuh di tempat Allah menanam kita. Dengan demikian kita tidak berakar di mana pun juga. Yesus berkata bahwa jika kita mau mengikuti hidup ilahi yang di dalam kita, Dia akan mengurus semua hal lain. Apakah Yesus berdusta kepada kita? Apakah kita mengalami "terlebih lagi" yang dijanjikan-Nya? Jika kita tidak mengalaminya, itu karena kita tidak mengikuti hidup ilahi yang sudah diberikan Allah kepada kita, dan memenuhi kepala kita dengan kekhawatiran dan pikiran yang membingungkan. Seberapa banyak waktu yang terbuang karena kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bodoh kepada Allah, padahal seharusnya kita bebas sepenuhnya untuk memusatkan perhatian pada pelayanan kita bagi-Nya? Penyucian adalah tindakan memisahkan diri secara terus-menerus dari segala sesuatu selain yang ditetapkan Allah untuk saya lakukan. Ini bukanlah pengalaman yang hanya terjadi satu kali, tetapi suatu proses yang terus berlangsung. Apakah saya terus memisahkan diri dan memandang kepada Allah setiap hari?

(My Utmost For His Highest--Pengabdianku Bagi Kemuliaan-Nya, by Oswald Chambers)

Wednesday, January 23, 2013

Diubahkan Dengan Memandang Allah


2 Korintus 3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Karakteristik terbesar yang dapat ditampilakan oleh orang Kristen adalah keterbukaannya yang sempurna, tanpa selubung di hadapan Allah, sehingga hidupnya menjadi cermin bagi orang lain. Ketika Roh Kudus memenuhi kita, kita diubahkan dan dengan memandang kepada Allah kita menjadi cermin. Anda dapat selalu melihat kapan seseorang telah melihat kemuliaan Tuhan, karena roh di dalam Anda merasakan bahwa ia mencerminkan karakter Tuhan sendiri. waspadalah akan apa pun yang dapat menodai cermin yang ada di dalam diri Anda. Hampir selalu sesuatu yang baik yang akan menodainya---sesuatu yang baik tetapi bukan yang terbaik.

Aturan terpenting bagi kita adalah berkonsentrasi untuk menjaga supaya hidup kita terbuka kepada Allah. Abaikan segala sesuatu termasuk pekerjaan, pakaian, dan makanan. Kesibukan dalam berbagai hal dapat mengaburkan konsentrasi kita kepada Allah. Seharusnya kita menjaga diri supaya tetap memandang Dia, menjaga supaya hidup kita sepenuhnya rohani. Biarkanlah hal-hal lain datang dan pergi semaunya; biarkan orang lain mengkritik kita sekehendak hatinya; tetapi jangan izinkan apa pun mengaburkan hidup yang "tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah" (Kol 3:3). Jangan pernah membiarkan gaya hidup yang selalu tergesa-gesa mengganggu hubungan Anda untuk tetap tinggal di dalam-Nya. Ini mudah terjadi, tetapi kita harus waspada untuk melawannya. Pelajaran paling sulit dari hidup Kristen adalah belajar untuk terus-menerus "mencerminkan kemuliaan Allah".

(My Utmost For His Highest--Pengabdianku Bagi Kemuliaan-Nya, by Oswald Chambers)

Monday, January 21, 2013

"Mengingat yang Diingat Allah"

Yeremia 2:2 "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.

Apakah saya secara spontan bersikap baik kepada Allah seperti yang dulu saya lakukan, atau apakah saya hanya berharap Allah bersikap baik kepada saya? Apakah segala sesuatu dalam hidup saya memenuhi hati-Nya dengan kegembiraan, atau apakah saya terus berkeluh kesah karena banyak hal terlihat tidak berjalan sesuai kehendak saya? Seorang yang lupa pada apa yang dihargai Allah tidak akan dipenuhi sukacita. Sungguh indah mengingat bahwa Yesus Kristus memiliki kebutuhan yang dapat kita penuhi-- "Berilah Aku minum " (Yoh. 4:7). Seberapa banyak kebaikan yang saya tunjukkan kepada-Nya minggu lalu? Apakah hidup saya telah mencerminkan reputasi-Nya dengan baik?

Allah berkata kepada umat-Nya, " Engkau tidak mengasihi Aku lagi sekarang, tetapi Aku mengingat suatu masa ketika engkau mengasihi-Ku." Dia berkata, " Aku teringat......kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin" (Yer 2:2). Apakah saya dipenuhi kasih yang melimpah kepada Yesus Kristus sama seperti di masa awal, ketika saya berbalik dari dari jalan saya sendiri untuk membuktikan pengabdian saya kepada-Nya? Apakah Dia pernah mendapati saya mengingat masa lalu ketika saya hanya peduli kepada-Nya? Apakah masih seperti itu keadaan saya sekarang, atau apakah saya lebih memilih hikmat manusia dari pada kasih sejati untuk-Nya? Apakah saya begitu mengasihi-Nya sehingga tidak memikirkan lagi kemana Dia memimpin saya? Atau apakah saya mengamati berapa banyak penghargaan yang saya terima sambil menghitung berapa banyak pelayanan yang saya lakukan bagi-Nya?

Ketika saya mengingat hal yang diingat Allah tentang saya, saya juga mulai menyadari bahwa Dia bukanlah Allah yang dulunya saya kenal. Ketika ini terjadi, seharusnya hal ini membuat saya merasa malu dan hina dalam hidup saya, karena akan mendatangkan dukacita rohani, dan ".....dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan...." (2Kor 7:10).

(My Utmost For His Highest--Pengabdianku Bagi Kemuliaan-Nya by Oswald Chambers)